Pada 1300 hingga 1521 Tarikh Masehi, terdapat sebuah suku yang berdiam di kawasan tengah Meksiko.
Suku Aztec, sebuah suku yang cukup tersohor namanya. Akan tetapi, saya tak akan membicarakan suku tersebut lebih jauh. Ahuacatl yang artinya testis dalam bahasa Aztec, atau kita kenal sebagai buah alpukat. Mungkin karena bentuk buah ini mirip dengan testis.
Alpukat, menjadi simbol cinta bagi Suku Aztec. Uniknya lagi, jika buah ini memasuki masa panen, para perempuan Suku Aztec dilarang untuk keluar rumah. Buah yang dapat tumbuh menjulang hingga dua puluh meter lebih tersebut masuk dalam golongan makanan afrodisiak. Selain cabai, susu, kacang-kacangan, ginseng, dan purwoceng, alpukat juga diyakini dapat meningkatkan libido atau hasrat seksual jika dikonsumsi.
Kandungan B9 yang dapat memberi banyak energi ke tubuh. B6 yang dapat menyuplai testosteron. Hormon testosteron terbukti dapat meningkatkan gairah seks seseorang.
Sambal dan Ranjang, kumpulan cerpen yang ditulis oleh Tenni Purwanti ini diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2020 dengan tebal kurang lebih 176 halaman. Untuk buku yang saya baca sendiri merupakan terbitan kedua; tahun 2024.
Memiliki cover dengan dominan warna hijau. Secara pribadi, saya sangat suka dengan ilustrasi buku ini; toples pecah, sepasang kaki, tikus, belukar, dua tangkai mawar, seekor kupu-kupu dengan genangan air yang tumpah.
Ilustrasi tersebut mewakili sebagian dari enam belas judul cerpen di dalam buku tersebut.
Dari sekian banyak cerita, saya ingin mengajak kalian “mengulek” cerita pendek Sambal dan Ranjang. Sambal dan ranjang memang menjadi dua unsur yang membangun cerita ini. Sementara tokoh utama adalah arsiteknya.
Sambal dan Ranjang, bercerita dari sudut pandang orang pertama.
Seorang perempuan (yang tidak disebutkan namanya) menikah dengan seseorang yang memiliki “ritual” unik; lelaki tersebut sangat suka makan sambal di ranjang. Pada mulanya, dia tak bisa membuat sambal. Namun, karena lelakinya menuntut, terlebih lagi, ibunya pernah berpesan; seorang istri harus bisa membuat sambal. Maka, dia pun mulai belajar untuk membuat sambal yang enak.
Singkatnya, ketika dia mencoba menjajakan sambalnya di garasi rumah, tanpa disangka sambal buatannya digemari banyak orang. Bahkan, ada seorang investor bernama Dimas yang menawarkannya kerja sama untuk membuat restoran dengan sambal sebagai menu andalannya.
Tawaran itu tentu saja ditolak dengan keras oleh suaminya. Di samping itu, suaminya pun berniat membuka usaha. Namun, bukan restoran dengan menu sambal, melainkan berjualan milkshake dengan menggunakan food truck.
Cekcok di antara mereka kian hari kian menjadi. Puncak pertengkaran mereka terjadi ketika suaminya mengakui rasa cemburunya terhadap Dimas; lelaki lain yang sangat dia idolakan. Berbalas diam dan tidur saling memunggungi adalah hasil dari keributan rumah tangga tersebut.
Pandai-pandai simpan bangkai, pasti tercium jua. Mungkin pepatah tersebut sangat tepat untuk menggambarkan kisah lanjutan dari cerita pendek ini. Kecurigaan istri muncul ketika suaminya tak ada kabar sama sekali selama dua minggu kepergiannya dinas di luar kota.
Akhirnya, dengan hasil investigasinya sendiri, dia mendapatkan lokasi tempat suaminya menginap. Lengkap dengan jawaban atas kecurigaannya; seorang perempuan membuka pintu kamar hotel untuknya, sementara dua perempuan lain sedang meminum milkshake di atas ranjang. Pemandangan sambal dan cobek yang berserak di mana-mana itu meyakinkan hatinya untuk mengambil keputusan bulat.
Dia membuka restoran bersama Dimas. Dengan atau tanpa persetujuan suami sudah bukan sesuatu yang penting.
Apakah cerita selesai sampai di situ? Tentu saja belum. Cerita Sambal dan Ranjang ditutup oleh imbauan istri yang dilanjutkan dengan penjabaran berbagai macam resep yang disebarkan untuk para pembaca.
Peringatan itu menjadi bagian dari cerita, pada halam-halaman selanjutnya, ada resep aneka sambal yang dibagikan.
Seperti yang saya sebutkan di awal, cabai merupakan salah satu makanan yang tergolong dalam afrodisiak. Saya rasa, kita semua tahu, kalau cabai itu bahan utama membuat sambal.
Sejak abad ke-10, sambal sudah menjadi makanan pendamping atau kondimen di Nusantara. Nyaris tiap daerah memiliki sambal khasnya masing-masing. Jadi, dapat dipastikan semua orang di penjuru negeri ini cukup familier, atau bahkan pernah mencicipi sambal.
Secara medis, cabai memiliki kandungan capsaicin dan piperin yang bersifat panas dan dapat membantu pengoptimalan fungsi pembuluh darah ke tubuh, termasuk penis. Selain itu, mengonsumsi cabai juga dapat melepaskan hormon testosteron sehingga berpotensi meningkatkan libido pada pria. Kandungan capsaicin juga dapat melepaskan hormon endorfin yang meningkatkan hasrat seksual.
Jadi, “ritual” suami sebelum bercinta yang telah disebutkan sebelumnya bukanlah tanpa sebab. Karena cabai sebagai bahan utama sambal memang dapat meningkatkan libido seseorang.
Lalu milkshake yang menjadi minuman kesukaan suami juga berbahan utama susu. Dan susu juga termasuk afrodisiak. Milkshake biasanya dicampur dengan es krim, buah, hingga sirop. Kemudian, dikocok hingga berbusa. Meskipun demikian, beberapa pendapat mengemukakan bahwa konsumsi susu berlebihan (terutama yang berlemak tinggi) dapat menimbulkan efek negatif terhadap gairah seks.
Ranjang atau kasur menjadi satu di dalam tiga kata; dapur, sumur, dan kasur. Tiga kata ini menjadi sentimen tersendiri. Bagaimana sistem patriarki seakan-akan ingin “merantai” ruang gerak seorang istri. Tiga kata dengan rima yang sama itu sangat sering saya dengar, terutama dari ibu saya. Ibu saya pernah melontarkan kata-kata tersebut yang ditujukan kepada kakak perempuan saya sebelum menikah. Dapur tentu saja berhubungan dengan urusan memasak dan sebagainya (termasuk membuat sambal). Sumur sangat berhubungan dengan bagaimana perempuan merawat badan, serta menata keindahan anak dan suami. Sedangkan kasur akan menjadi urusan hasrat biologis.
Saya mencoba meminta pendapat secara langsung terkait hal itu kepada seorang kenalan yang juga aktivis perempuan di komunitas Suara Mentari.
“Dapur, sumur, dan kasur, menjadi kata yang men-simplifikasi ruang gerak perempuan, serta menormalisasi stigma negatif terhadap perempuan.” Pendapat Bella itu bisa saya sepakati, karena ruang gerak perempuan atau seorang istri tak hanya sampai hanya tiga urusan itu saja.
Terlepas dari relevan atau tidaknya kata itu di zaman sekarang, Tenni Purwanti sudah sangat berhasil mengangkat isu yang lumayan “pedas”.
Enam belas cerita pendek tersedia di buku ini. Penulis berhasil memerah isu-isu perempuan dan sosial dengan cermat. Dikemas dengan ringan, tanpa meninggalkan isu dan urgensi sebagai bumbu utama buku ini.
Tak hanya perempuan, laki-laki juga sangat saya sarankan membaca buku ini. Agar lebih peka, terlebih lagi jika sedang mempersiapkan diri untuk membangun rumah tangga.
Tabik!
Pardesela
No comments: